Bank Jatim Gelontorkan Rp 600 Miliar untuk Petani Tebu

Jatim84 Views

Surabaya, Sebuah langkah strategis dari Bank Jatim kembali mencuri perhatian publik, terutama di kalangan petani dan pelaku industri gula di Jawa Timur. Dalam kerjasama dengan PT Perkebunan Nusantara XI (PTPN XI) dan mitra petani tebu lainnya, bank daerah ini memutuskan mengucurkan pembiayaan senilai Rp 600 miliar untuk mendukung sektor perkebunan tebu rakyat.

“Dengan dukungan ini, produktivitas petani tebu, khususnya yang tergabung dalam Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) di lingkungan PTPN XI, diharapkan meningkat,” ujar Direktur Agrobisnis & Unit Usaha Syariah Bank Jatim, Tony Sudjiaryanto.

Langkah ini bukan sekadar alokasi dana: Bank Jatim menetapkan pola kredit executing, dengan bunga ringan dan masa kredit maksimal dua tahun.
“Jika petani diberi akses modal dan pendampingan yang memadai, maka industri gula dan kesejahteraan petani bisa berjalan beriringan,” ujar saya sebagai penulis.
Di tengah upaya pemerintah menuju swasembada gula nasional, bantuan sebesar ini menjadi salah satu sinyal kuat bahwa lembaga keuangan daerah juga mau terlibat langsung.


Latar Belakang Inisiatif

Kebutuhan modal kerja bagi petani tebu selama ini menjadi kendala klasik. Mulai dari pengadaan bibit unggul, pemupukan, panen hingga distribusi memerlukan alokasi dana yang tidak sedikit. Sementara itu, peran pabrik gula dan mitra petani semakin penting untuk menjaga rantai pasok tebu agar tetap stabil.
Sebagai bank daerah yang berbasis di Jawa Timur, Bank Jatim melihat potensi industri tebu dan gula sebagai pilar strategis ekonomi regional. Menurut Tony Sudjiaryanto, “Jawa Timur merupakan salah satu sentra industri gula nasional, jadi Bank Jatim sangat berkomitmen membantu pengembangan industri gula”.

Inisiatif pembiayaan ini juga menjadi wujud nyata sinergi antara sektor keuangan dan sektor agribisnis, petani tebu rakyat tidak hanya dipandang sebagai pihak yang terpisah, melainkan sebagai mitra strategis.

“Ketika petani merasa didukung bukan hanya dari sisi bibit dan pupuk tetapi juga akses ke pembiayaan, maka kami percaya mereka akan lebih bersemangat dan produktif”


Skema Pembiayaan dan Mekanisme

Skema pembiayaan yang diterapkan Bank Jatim melalui kredit “executing” memberikan beberapa keunggulan:

  • Suku bunga ringan, ditujukan agar beban biaya finansial bagi petani tidak mencekik.
  • Masa kredit maksimal dua tahun, cukup untuk satu siklus tanam hingga panen tebu.
  • Kerjasama dengan PTPN XI dan asosiasi petani (APTRI) membantu memperkuat aspek kemitraan dan off-taker untuk hasil tebu petani.

Melalui mekanisme ini, bank menyediakan dana, petani menjalankan budidaya, dan pabrik gula atau mitra melakukan penebusan bahan baku tebu sebagai jaminan pasokan, suatu model yang lebih berkelanjutan dibanding pemberian subsidi langsung tanpa kemitraan.

“Model semacam ini bisa menjadi blueprint untuk sektor agribisnis lainnya: bukan sekadar subsidi tapi kemitraan yang mengangkat kapasitas petani”

Dalam forum yang sama, Bank Jatim juga dikabarkan telah bekerja dengan kelompok petani, pabrik gula dan koperasi primer untuk memperluas akses pembiayaan hingga ke segmen mikro.


Dampak yang Diharapkan

Dengan alokasi Rp 600 miliar tersebut, beberapa dampak signifikan diharapkan:

  • Peningkatan produktivitas tebu: Dengan modal yang cukup, petani bisa memperbaiki pemeliharaan tanaman, menggunakan varietas unggul, dan memanfaatkan mekanisasi. Hal ini penting untuk meningkatkan rendemen tebu per hektar.
  • Stabilitas pasokan bahan baku pabrik gula: PTPN XI sebagaimana petani mitranya akan semakin terbantu bila pasokan tebu naik dan kualitasnya terjaga. Hal ini memberikan efek pada skala industri gula secara lebih luas.
  • Peningkatan kesejahteraan petani: Dengan pembiayaan yang mudah dan kemitraan yang kuat, petani tebu rakyat bisa menikmati hasil yang lebih besar dan bebas dari jeratan hutang informal atau bunga tinggi.
  • Dukungan terhadap swasembada gula nasional: Karena Jawa Timur adalah salah satu sentra utama industri gula, langkah ini memperkuat strategi nasional dalam ketahanan pangan komoditas gula.
    “Saya optimistis bahwa bila implementasi ini berjalan baik, dalam jangka menengah petani tebu bukan saja akan memperoleh manfaat langsung, tetapi rantai industri gula juga akan makin kokoh,” saya menyimpulkan.

Tantangan dan Catatan Penting

Meskipun program ini menjanjikan, beberapa tantangan tetap harus diwaspadai agar manfaatnya maksimal:

  • Manajemen risiko petani: Tanaman tebu rentan terhadap gangguan cuaca, hama, dan variasi pasar. Ketersediaan pembiayaan saja tidak cukup, pendampingan teknis juga penting.
  • Kualitas penyaluran dana: Agar Rp 600 miliar tidak tersalurkan dengan kurang efektif atau terjebak birokrasi. Skema kredit executing harus dikelola dengan transparan dan tepat sasaran.
  • Kemitraan yang konsisten: Antara bank, petani, pabrik gula dan instansi terkait harus terus dijaga agar kepercayaan tidak memudar. Model kemitraan sering tertatih bila komunikasi lemah.
  • Pengukuran hasil: Harus ada indikator jelas, misalnya peningkatan rendemen, penurunan biaya tanam, dan kenaikan pendapatan petani, agar program ini bisa dievaluasi dan diperluas.

“Sesuatu yang baik bukan hanya diluncurkan, tetapi juga ter-follow up dengan evaluasi untuk memastikan bahwa banyak pihak yang benar-benar merasakan manfaatnya”


Relevansi Bagi Wilayah Jawa Timur

Dalam konteks regional, kehadiran Bank Jatim dengan pembiayaan besar ini sangat relevan:
Jawa Timur memiliki banyak pabrik gula dan kebun tebu rakyat yang tersebar luas. Dengan bank lokal yang memahami kondisi setempat, akses pembiayaan dapat lebih cepat dan terjangkau.
Sebagai bank daerah, Bank Jatim juga memiliki motivasi selain keuntungan komersial — yaitu kontribusi terhadap pembangunan ekonomi lokal dan kesejahteraan petani. Hal ini membuat pendekatan lebih “bersahabat” dibanding bank komersial besar yang kadangkala lebih kaku.

“Ketika bank lokal berkiprah di sektor agribisnis lokal, maka bukan hanya angka yang berubah tetapi juga kepercayaan di lapangan naik”

Khusus untuk petani tebu di daerah-daerah seperti Madiun, Tuban, Ngawi, Situbondo dan lainnya, kehadiran dana semacam ini bisa menjadi angin segar. Apalagi bila diiringi pendampingan budidaya, akses alat mesin pertanian (alsintan) dan kontrak off-taker yang jelas.


Pendapat Redaksi BeritaMetro.co.id

Dari sisi saya sebagai pengamat, langkah Bank Jatim menghadirkan pembiayaan Rp 600 miliar untuk petani tebu adalah langkah berani dan tepat pada waktunya. Seharusnya ini tidak hanya menjadi “lipstik” alias hibah besar yang populer di publikasi lalu hilang begitu saja. Jika dikawal dengan baik, ini bisa menjadi perubahan nyata: petani tebu lebih kuat, industri gula lebih stabil, dan ekonomi daerah lebih sehat.

“Saya berharap model ini akan ditiru oleh bank-bank daerah lain ke sektor pertanian yang masih sangat potensial seperti jagung, karet, sawit rakyat dan kopi”

Namun, program sebaik apapun harus dijalankan dengan integritas penuh, termasuk transparansi penyaluran, monitoring penggunaan kredit, dan penilaian dampaknya. Bila ini dilaksanakan secara baik, maka potensi multiplier effect bukan saja untuk petani tebu tetapi juga untuk seluruh rantai nilai industri gula akan terbuka lebar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *